Kesan Pertama Membaca Buku Ibn Sina: Sungguh Apakah Saya Terlalu Nganggur Untuk Menyempatkan diri Membaca Buku Yang Njelimet Ini?

Andy Riyan
3 min readSep 7, 2024

--

Saat ini saya sedang membaca buku dari Ibn Sina; terjemahan dari bukunya yang terkenal Al-Isyarat Wa At-Tanbihat. Terjemahan buku ini sudah saya nanti-nantikan selama 10 tahun. Sekarang, saya tidak ingat mengapa saya ingin sekali membaca buku ini 10 tahun yang lalu. Setelah berlalu sekian lama, saya tidak mengerti mengapa saya ingin sekali membaca buku yang njelimet ini.

Kesan pertama yang saya dapatkan ketika membacanya: ini adalah buku yang sangat rumit terutama buku Logika. Sejujurnya saya baru membuka Logika dan Tasawuf saja. Logika buku pertama, disusul oleh Fisika lalu Metafisika dan terakhir, yang keempat, Tasawuf.

Saya langsung membuka Logika karena itu memang seri pertamanya. Ketika saya membacanya saya masih tidak mengerti, mengapa 10 tahun yang lalu saya ingin sekali membacanya. Saya merasa ini buku yang sangat ribet dan saya rasa itu bukan saat yang tepat untuk membaca buku ini sekarang. Saya pasti punya terlalu banyak waktu, atau sedang sangat menganggur jika kamu mendapati saya membaca buku ini dengan sungguh-sungguh. Atau sebenarnya sudah berlalu waktunya karena apa yang disampaikan Ibnu Sina di situ sebenarnya merupakan sebuah karya pionir. Yang pertama-tama ditulis dalam pembahasan topik ini, mengikuti jejak Aristoteles. Pendek kata buku Logika Ibn Sina merupakan versi beta dari topik-topik logika yang muncul kemudian.

Oleh karena itu, saya merasa, untuk saat ini sebenarnya tidak terlalu perlu mempelajarinya sebab, sekarang ilmu pengetahuan sudah jauh lebih maju, terutama tentang logika. Perkara ini sudah banyak dipelajari dan dibahas dalam matematika terutama yang mereka yang mempelajari sains murni dalam kajian matematika. Selanjutnya saya rasa, saya tidak memiliki banyak waktu untuk menelusuri buku logika. Terlalu njelimet sebagai hiburan, atau sekadar bacaan tatkala sedikit luang. Pula tidak banyak yang ingin saya ketahui dari logika yang disampaikan oleh Ibn Sina.

Selanjutnya saya langsung memilih untuk membaca seri buku Tasawuf. Apa yang disampaikan oleh Ibn Sina juga tidak kurang njelimetnya dengan Logika. Saya memerlukan suatu usaha yang keras untuk memahaminya. Perlu kegigihan dengan bahasa sendiri untuk menguraikan apa yang disampaikan di buku keempat ini. Memang, saya baru membaca sekilas, dan membaca agak lebih dalam pengantarnya. Tetapi memang seribet itu pembahasannya. Sehingga saya belum mendapatkan apa yang memang seharusnya bisa saya dapatkan dari buku ini. Kesan saya yang pertama ini menunjukkan bahwa buku ini terlalu berat untuk dibaca sambil lalu, dibaca saat santai. Saya masih sangat jauh dari isi buku ini, apalagi memahaminya yang konon berlapis-lapis materi itu.

Saya belum bisa mengomentari buku ini dengan layak, sebab saya memang belum memahaminya. Saya tidak tahu, apakah terjemahannya yang sulit, dan unik. Atau karena saya belum pernah membaca Ibn Sina, atau pun suatu risalah semacam pengantar dan panduan kepada Karya Ibn Sina sebelumnya.

Saya sama sekali benar-benar mentah dan saya perlu waktu untuk mencerna buku ini, atau saya sungguh tak memiliki waktu untuk buku ini.

Demikian catatan pendek dari pengalaman saya ketika berkenalan dengan karya Ibn Sina. Apabila ada waktu dan ada pikiran yang lebih jernih. Saya akan mencoba mencernanya dari paragraf ke paragraf. Karena memang dibutuhkan sebuah ketekunan untuk memahami apa yang sebenarnya ingin disampaikan. Kalau tidak ada waktu ya apa boleh buat… mungkin buku ini hanya akan menghiasi lemari saya, dan menemukan pembaca muda berikutnya. Terlebih lagi ketika saat ini saya sudah semakin sibuk, semakin tidak punya waktu untuk memahami. Saya juga merasa buku ini kurang bermanfaat saja, paling tidak bagi saya untuk saat ini.

Saya Andy Riyan, dari Desa Hujan. Salam!

--

--

Andy Riyan

Aku adalah temanmu, menemanimu menenun gagasan karena menulis adalah obat bagi jiwa yang tersesat. Kita tahu satu catatan lebih baik dari seribu ingatan.